Pages

Pengikut

Tentangku

Wasis DPCoorporation. Diberdayakan oleh Blogger.

FECEBOOK

PENYIAPAN SIMPLISIA

Sabtu, 29 Oktober 2016

PEMBUATAN SIMPLISIA

1. PENGUMPULAN BAHAN BAKU
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada :
1.   Bagian tanaman yang digunakan.
2.   Umur tanaman yang digunakan.
3.   Waktu panen.
4.   Lingkungan tempat tumbuh.
Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar.

2. SORTASI BASAH
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba dalam jurnlah yang tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal.

3. PENCUCIAN
 Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut di dalam air yang mengalir, pencucian agar dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Menurut Frazier (1978), pencucian sayur-sayuran satu kali dapat menghilangkan 25% dari jumlah mikroba awal, jika dilakukan pencucian sebanyak tiga kali, jumlah mikroba yang tertinggal hanya 42% dari jumlah mikroba awal. Pencucian tidak dapat membersihkan simplisia dari semua mikroba karena air pencucian yang digunakan biasanya mengandung juga sejumlah mikroba. Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah rnikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat menipercepat pertumbuhan mikroba. Bakteri yang umum terdapat dalam air adalah Pseudomonas, Proteus, Micrococcus, Bacillus, Streptococcus, Enterobacter dan Escherishia. Pada simplisia akar, batang atau buah dapat pula dilakukan pengupasan kulit luarnya untuk mengurangi jumlah mikroba awal karena sebagian besar jumlah mikroba biasanya terdapat pada permukaan bahan simplisia. Bahan yang telah dikupas tersebut mungkin tidak memerlukan pencucian jika cara pengupasannya dilakukan dengan tepat dan bersih.

4. PERAJANGAN
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki.
Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap. Sehingga mempengaruhi komposisi bau dan rasa yang diinginkan. Oleh karena itu bahan simplisia seperti temulawak, temu giring, jahe, kencur dan bahan sejenis lainnya dihindari perajangan yang terlalu tipis untuk mencegah berkurangnya kadar minyak atsiri. Selama perajangan seharusnya jumlah mikroba tidak bertambah. Penjemuran sebelum perajangan diperlukan untuk mengurangi pewarnaan akibat reaksi antara bahan dan logam pisau. Pengeringan dilakukan dengan sinar matahari selama satu hari.

5. PENGERINGAN
Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad reniklainnya.Enzim tertentu dalam sel, masih dapat bekerja, menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu. Pada tumbuhan yang masih hidup pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik yang merusak itu tidak terjadi karena adanya keseimbangan antara proses-proses metabolisme, yakni proses sintesis, transformasi dan penggunaan isi sel. Keseimbangan ini hilang segera setelah sel tumbuhan mati. Sebelum tahun 1950, sebelum bahan dikeringkan, terhadap bahan simplisia tersebut lebih dahulu dilakukan proses stabilisasi yaitu proses untuk menghentikan reaksi enzimatik. Cara yang lazim dilakukan pada saat itu, merendam bahan simplisia dengan etanol 70% atau dengan mengaliri uap panas. Dari hasil penelitian selanjutnya diketahui bahwa reaksi enzimatik tidak berlangsung bila kadar air dalam simplisia kurang dari 10%.
Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau menggunakan suatu alat pengering. Hal-ha1 yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, Waktu pengeringan dan luas permukaan bahan. Pada pengeringan bahan simplisia tidak dianjurkan menggunakan alat dari plastik. Selama proses pengeringan bahan simplisia, faktor-faktor tersebut harus diperhatikan sehingga diperoleh simplisia kering yang tidak mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan. Cara pengeringan yang salah dapat mengakibatkan terjadinya “Face hardening”, yakni bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih basah. Hal ini dapat disebabkan oleh irisan bahan simplisia yang terlalu tebal, suhu pengeringan yang terlalu tinggi, atau oleh suatu keadaan lain yang menyebabkan penguapan air permukaan bahan jauh lebih cepat daripada difusi air dari dalam ke permukaan tersebut, sehingga permukaan bahan menjadi keras dan menghambat pengeringan selanjutnya. “Face hardening” dapat mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalarn bahan yang dikeringkan.
Suhu pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan cara pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 300 sampai 90°C, tetapi suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 60°C. Bahan simplisia yang mengandung senyawa aktif yang tidak tahan panas atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu serendah mungkin, misalnya 300 sampai 450 C, atau dengan cara pengeringan vakum yaitu dengan mengurangi tekanan udara di dalam ruang atau lemari pengeringan, sehingga tekanan kira-kira 5 mm Hg. Kelembaban juga tergantung pada bahan simplisia,cara pengeringan, dan tahap tahap selama pengeringan. Kelembaban akan menurun selama berlangsungnya proses pengeringan. Berbagai cara pengeringan telah dikenal dan digunakan orang. Pada dasarnya dikenal dua cara pengeringan yaitu pengeringan secara alamiah dan buatan.
1.   Pengeringan Alamiah.
Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman yang dikeringkan, dapat dilakukan dua cara pengeringan :
1.   Dengan panas sinar matahari langsung. Cara ini dilakitkan untuk mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji dan sebagainya, dan rnengandung senyawa aktif yang relatif stabil. Pengeringan dengan sinar matahari yang banyak dipraktekkan di Indonesia merupakan suatu cara yang mudah dan murah, yang dilakukan dengan cara membiarkan bagian yang telah dipotong-potong di udara terbuka di atas tampah-tampah tanpa kondisi yang terkontrol sepertl suhu, kelembaban dan aliran udara. Dengan cara ini kecepatan pengeringan sangat tergantung kepada keadaan iklim, sehingga cara ini hanya baik dilakukan di daerah yang udaranya panas atau kelembabannya rendah, serta tidak turun hujan. Hujan atau cuaca yang mendung dapat memperpanjang waktu pengeringan sehingga memberi kesempatan pada kapang atau mikroba lainnya untuk tumbuh sebelum simplisia tersebut kering. F’IDC (Food Technology Development Center IPB) telah merancang dan membuat suatu alat pengering dengan menggunakan sinar matahari, sinar matahari tersebut ditampung pada permukaan yang gelap dengan sudut kemiringan tertentu. Panas ini kemudian dialirkan keatas rak-rak pengering yang diberi atap tembus cahaya di atasnya sehingga rnencegah bahan menjadi basah jika tiba-tiba turun hujan. Alat ini telah digunakan untuk mengeringkan singkong yang telah dirajang dengan demikian dapat pula digunakan untuk mengeringkan simplisia.
2.   Dengan diangin-anginkan dan tidak dipanaskan dengan sinar matahari langsung. Cara ini terutama digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman yang lunak seperti bunga, daun, dan sebagainya dan mengandung senyawa aktif mudah menguap.
2.   Pengeringan Buatan
     Kerugian yang mungkin terjadi jika melakukan pengeringan dengan sinar matahari dapat diatasi jika melakukan pengeringan buatan, yaitu dengan menggunakan suatu alat atau mesin pengering yang suhu kelembaban, tekanan dan aliran udaranya dapat diatur. Prinsip pengeringan buatan adalah sebagai berikut: “udara dipanaskan oleh suatu sumber panas seperti lampu, kompor, mesin disel atau listrik, udara panas dialirkan dengan kipas ke dalam ruangan atau lemari yang berisi bahan yang akan dikeringkan yang telah disebarkan di atas rak-rak pengering”. Dengan prinsip ini dapat diciptakan suatu alat pengering yang sederhana, praktis dan murah dengan hasil yang cukup baik.
     Dengan menggunakan pengeringan buatan dapat diperoleh simplisia dengan mutu yang lebih baik karena pengeringan akan lebih merata dan waktu pengeringan akan lebih cepat, tanpa dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Sebagai contoh misalnya jika kita membutuhkan waktu 2 sampai 3 hari untuk penjemuran dengan sinar matahari sehingga diperoleh simplisia kering dengan kadar air 10% sampai 12%, dengan menggunakan suatu alat pengering dapat diperoleh simplisia dengan kadar air yang sama dalam waktu 6 sampai 8 jam.
     Daya tahan suatu simplisia selama penyimpanan sangat tergantung pada jenis simplisia, kadar airnya dan cara penyimpanannya. Beberapa simplisia yang dapat tahan lama dalam penyimpanan jika kadar airnya diturunkan 4 sampai 8%, sedangkan simplisia lainnya rnungkin masih dapat tahan selama penyimpanan dengan kadar air 10 sampai 12%.

6. SORTASI KERING
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masill ada dan tertinggal pada sirnplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum sirnplisia dibungkus untuk kernudian disimpan. Seperti halnya pada sortasi awal, sortasi disini dapat dilakukan dengan atau secara mekanik. Pada simplisia bentuk rimpang sering jurnlah akar yang melekat pada rimpang terlampau besar dan harus dibuang. Demikian pula adanya partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda tanah lain yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia dibungkus.
Pengawetan
Simplisia nabati atau simplisia hewani harus dihindarkan dari serangga atau cemaran atau mikroba dengan penambahan kloroform, CCl4, eter atau pemberian bahan atau penggunaan cara yang sesuai, sehingga tidak meninggalkan sisa yang membahayakan kesehatan.
Wadah
Wadah adalah tempat penyimpanan artikel dan dapat berhubungan langsung atau tidak langsung dengan artikel. Wadah langsung (wadah primer) adalah wadah yang langsung berhubungan dengan artikel sepanjang waktu. Sedangkan wadah yang tidak bersentuhan langsung dengan artikel disebut wadah sekunder.
Wadah dan sumbatnya tidak boleh mempengaruhi bahan yang disimpan didalamnya baik secara fisika maupun kimia, yang dapat mengakibatkan perubahan kekuatan, mutu atau kemurniannya hingga tidak memenuhi persyaratan resmi.
Wadah tertutup baik: harus melindungi isi terhadap masuknya bahan padat dan mencegah kehilangan bahan selama penanganan, pengangkutan, penyimpanan dan distribusi.
Suhu Penyimpanan
Dingin      : suhu tidak lebih dari 80C, Lemari pendingin mempunyai suhu antara 20C– 80C, sedangkan lemari pembeku mempunyai suhu antara -200C dan -100C.
Sejuk        : suhu antara 80C dan 150C. Kecuali dinyatakan lain, bahan yang harus di simpan pada suhu sejuk dapat disimpan pada lemari pendingin.
Suhu kamar : suhu pada ruang kerja. Suhu kamar terkendali adalah suhu yang di atur antara 150C dan 300C.
Hangat     : hangat adalah suhu antara 300C dan 400C.
Panas berlebih : panas berlebih adalah suhu di atas 400C.
Tanda dan Penyimpanan
Semua simplisia yang termasuk daftar narkotika, diberi tanda palang medali berwarna merah di atas putih dan harus disimpan dalam lemari terkunci. Semua simplisia yang termasuk daftar obat keras kecuali yang termasuk daftar narkotika, diberi tanda tengkorak dan harus disimpan dalam lemari terkunci.
Kemurnian Simplisia  
Persyaratan simplisia nabati dan simplisia hewani diberlakukan pada simplisia yang diperdagangkan, tetapi pada simplisia yang digunakan untuk suatu pembuatan atau isolasi minyak atsiri, alkaloida, glikosida, atau zat aktif lain, tidak harus memenuhi persyaratan tersebut.
Persyaratan yang membedakan strukrur mikroskopik serbuk yang berasal dari simplisia nabati atau simplisia hewani dapat tercakup dalam masing–masing monografi, sebagai petunjuk identitas, mutu atau kemurniannya.
Benda Asing
Simplisia nabati dan simplisia hewani tidak boleh mengandung organisme patogen, dan harus bebas dari cemaran mikro organisme, serangga dan binatang lain maupun kotoran hewan. Simplisia tidak boleh menyimpang bau dan warna, tidak boleh mengandung lendir, atau menunjukan adanya kerusakan. Sebelum diserbukkan simplisia nabati harus dibebaskan dari pasir, debu, atau pengotoran lain yang berasal dari tanah maupun benda anorganik asing.
Dalam perdagangan, jarang dijumpai simplisia nabati tanpa terikut atau tercampur bagian lain, maupun bagian asing, yang biasanya tidak mempengaruhi simplisianya sendiri. Simplisia tidak boleh mengandung bahan asing atau sisa yang beracun atau membahayakan kesehatan. Bahan asing termasuk bagian lain tanaman yang tidak dinyatakan dalam paparan monografi.
Pemalsuan Dan Penurunan Mutu Simplisia
Pemalsuan umumnya dilakukan secara sengaja, sedangkan penurunan mutu mungkin dilakukan secara tidak sengaja.
Simplisia dianggap bermutu rendah jika tidak memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan, khususnya persyaratan kadarnya. Mutu rendah ini dapat disebabkan oleh tanaman asal, cara panen dan pengeringan yang salah, disimpan terlalu lama, kena pengaruh kelembaban, panas atau penyulingan.
Simplisia dianggap rusak jika oleh sebab tertentu, keadaannya tidak lagi memenuhi syarat, misalnya menjadi basah oleh air laut, tercampur minyak pelumas waktu diangkut dengan kapal dan lain sebagainya.
Simplisia dinyatakan bulukan jika kwalitasnya turun karena dirusak oleh bakteri, cendawan atau serangga.
Simplisia dinyatakan tercampur jika secara tidak sengaja terdapat bersama-sama bahan-bahan atau bagian tanaman lain, misalnya kuncup Cengkeh tercampur dengan tangkai Cengkeh, daun Sena tercampur dengan tangkai daun.
Simplisia dianggap dipalsukan jika secara sengaja diganti, diolah atau ditambahi bahan lain yang tidak semestinya. Misalnya minyak zaitun diganti minyak biji kapas, tetapi tetap dijual dengan nama minyak Zaitun. Tepung jahe yang ditambahi pati terigu agar bobotnya bertambah, ditambah serbuk cabe agar tetap ada rasa pedasnya, ditambah serbuk temulawak agar warnanya tampak seperti keadaan semula.
https://dasarfarmakognosi.wordpress.com/2014/10/17/pembuatan-simplisia/

METODE PEMBUATAN TABLET



metode pembuatan tablet

1. granulasi basah

Granulasi Basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipienmenjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas.Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dankompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah adalahmembasahi masa tablet dengan larutan pengikat teretentu sampai mendapat tingkatkebasahan tertentu pula, kemudian masa basah tersebut digranulasi.Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengansuatu perekat sebagai pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan larutan,suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan kecampuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukan kering ke dalamcampuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki peranan yang cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk diantara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yangditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling penting pada awal pembentukan granul, bila cairan sudah ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah atau lembab maka massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling atau oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas permukaanmeningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat, setelah pengeringan granul diayak kembali ukuran ayakan tergantung pada alat penghancur yangdugunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat.

Keuntungan metode granulasi basah :

1. Memperoleh aliran yang baik
2. Meningkatkan kompresibilitas
3. Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai
4. Mengontrol pelepasan
5. Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses
6. Distribusi keseragaman kandungan
7. Meningkatkan kecepatan disolusi

Kekurangan metode granulasi basah

1. Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi
2.Biaya cukup tinggi
3.Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakandengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air


2. granulasi kering

Granulasi Kering disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yangselanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secaramekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melaluigaya. Teknik ini yang cukup baik, digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap pemanasan dan kelembaban.Pada proses ini komponen–komponen tablet dikompakan dengan mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch sehinggadiperoleh massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada prosesselanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yangdaya mengalirnya lebih baik dari campuran awal bila slug yang didapat belummemuaskan maka proses diatas dapat diulang. Dalam jumlah besar granulasikering dapat juga dilakukan pada mesin khusus yang disebut roller compactor yang memiliki kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor memakai dua penggiling yang putarannya saling berlawanan satu dengan yanglainnya, dan dengan bantuan tehnik hidrolik pada salah satu penggiling mesin inimampu menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir dintara penggiling.


Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut :

1. Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi
2. Zat aktif susah mengalir
3. Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab

Keuntungan cara granulasi kering adalah:

1. Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat, mesin pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu
2. Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab
3. Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat

Kekurangan cara granulasi kering adalah:

1. Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug
2. Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam
3. Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinyakontaminasi silang


3. metode kempa langsung

Metode Kempa Langsung, yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsungcampuran zat aktif dan eksipien kering.tanpa melalui perlakuan awal terlebihdahulu. Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecildosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab.Ada beberapa zat berbentuk kristal seperti NaCl, NaBr dan KCl yang mungkinlangsung dikempa, tetapi sebagian besar zat aktik tidak mudah untuk langsungdikempa, selain itu zat aktif tunggal yang langsung dikempa untuk dijadikan tabletkebanyakan sulit untuk pecah jika terkena air (cairan tubuh).

zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah;

1. Alirannya baik,
2. Kompresibilitasnya baik,
3. Bentuknya kristal,
4. Dan mampu menciptakan adhesifitasdan kohesifitas dalam massa tablet.


keuntungan metode kempalangsung yaitu :

1. Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit
2. Lebih singkat prosesnya. Karena proses yang dilakukan lebih sedikit, makawaktuyang diperlukan untuk menggunakan metode ini lebih singkat, tenagadan mesin yang dipergunakan juga lebih sedikit.
3. Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan lembab
4. Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses granul,tetapi langsung menjadi partikel. tablet kempa langsung berisi partikel halus,sehingga tidak melalui proses dari granul ke partikel halus terlebih dahulu.

Kerugian metode kempa langsung :

1. Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan pengisidapat menimbulkan stratifikasi di antara granul yang selanjutnya dapatmenyebabkan kurang seragamnya kandungan zat aktif di dalam tablet.
2. Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa langsung karena itu biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan proses pengempaan sehingga pengisi yang dibutuhkanpun makin banyak dan mahal.Dalam beberapa kondisi pengisi dapat berinteraksi dengan obat seperti senyawaamin dan laktosa spray dried dan menghasilkan warna kuning. Pada kempalangsung mungkin terjadi aliran statik yang terjadi selama pencampuran dan pemeriksaan rutin sehingga keseragaman zat aktif dalam granul terganggu.

Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang digunakan harus bersifat; mudahmengalir; kompresibilitas yang baik; kohesifitas dan adhesifitas yang baik

metode pembuatan tablet

1. granulasi basah
Granulasi Basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipienmenjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas.Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dankompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah adalahmembasahi masa tablet dengan larutan pengikat teretentu sampai mendapat tingkatkebasahan tertentu pula, kemudian masa basah tersebut digranulasi.Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengansuatu perekat sebagai pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan larutan,suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan kecampuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukan kering ke dalamcampuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah. Cairan yang ditambahkanmemiliki peranan yang cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk diantara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yangditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling penting pada awal pembentukan granul, bila cairan sudah ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah atau lembab maka massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling atau oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas permukaanmeningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat, setelah pengeringan granul diayak kembali ukuran ayakan tergantung pada alat penghancur yangdugunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat.

Keuntungan metode granulasi basah :

1.  Memperoleh aliran yang baik

2.  Meningkatkan kompresibilitas

3.  Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai

4.  Mengontrol pelepasan

5.   Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses
6.   Distribusi keseragaman kandungan

7.   Meningkatkan kecepatan disolusi


Kekurangan metode granulasi basah

1.  Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi

2.Biaya cukup tinggi
3.Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakandengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air 


2. granulasi kering
 Granulasi Kering disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yangselanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secaramekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melaluigaya. Teknik ini yang cukup baik, digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosisefektif yang terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap pemanasan dan kelembaban.Pada proses ini komponen–komponen tablet dikompakan dengan mesincetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch sehinggadiperoleh massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada prosesselanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yangdaya mengalirnya lebih baik dari campuran awal bila slug yang didapatbelummemuaskan maka proses diatas dapat diulang. Dalam jumlah besar granulasikering dapat juga dilakukan pada mesin khusus yang disebut roller compactor yang memiliki kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor memakai dua penggiling yang putarannya saling berlawanan satu dengan yanglainnya, dan dengan bantuan tehnik hidrolik pada salah satu penggiling mesin inimampu menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir dintara penggiling.


Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut :

1. Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi
2. Zat aktif susah mengalir
3. Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab

 Keuntungan cara granulasi kering adalah:

1. Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat, mesin pengaduk berat  dan pengeringan   yang memakan waktu

2.  Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab
3.  Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat

Kekurangan cara granulasi kering adalah:
1.  Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug
2.  Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam
3.   Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinyakontaminasi silang

3.  metode kempa langsung
Metode Kempa Langsung, yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsungcampuran zat aktif dan eksipien kering.tanpa melalui perlakuan awal terlebihdahulu. Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecildosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab.Ada beberapa zat berbentuk kristal seperti NaCl, NaBr dan KCl yang mungkinlangsung dikempa, tetapi sebagian besar zat aktik tidak mudah untuk langsungdikempa, selain itu zat aktif tunggal yang langsung dikempa untuk dijadikan tabletkebanyakan sulit untuk pecah jika terkena air (cairan tubuh).

 zataktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah;

1. Alirannya baik,
2. Kompresibilitasnya baik,

3. Bentuknya kristal,

4.  Dan mampu menciptakan adhesifitasdan kohesifitas dalam massa tablet.


 keuntungan metode kempalangsung yaitu :

1.  Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit

2.  Lebih singkat prosesnya. Karena proses yang dilakukan lebih sedikit, makawaktuyang diperlukan untuk menggunakan metode ini lebih singkat, tenagadan mesin yang dipergunakan juga lebih sedikit.

3.  Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan lembab

4.  Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses granul,tetapi langsung menjadi partikel. tablet kempa langsung berisi partikel halus,sehingga tidak melalui proses dari granul ke partikel halus terlebih dahulu.

Kerugian metode kempa langsung :
  1.  Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan pengisidapat   menimbulkan stratifikasi di antara granul yang selanjutnya dapatmenyebabkan kurang seragamnya kandungan zat aktif di dalam tablet.
   2. Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa langsung karena itu biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan proses pengempaan sehingga pengisi yang dibutuhkanpun makin banyak dan mahal.Dalam beberapa kondisi pengisi dapat berinteraksi dengan obat seperti senyawaamin dan laktosa spray dried dan menghasilkan warna kuning. Pada kempalangsung mungkin terjadi aliran statik yang terjadi selama pencampuran dan pemeriksaan rutin sehingga keseragaman zat aktif dalam granul terganggu.
      Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang digunakan harus bersifat; mudahmengalir; kompresibilitas yang baik; kohesifitas dan adhesifitas yang baik

KAKAO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Klasifikasi Tumbuhan dan Gambar
2.2  Nama Daerah...................................................................................4
2.3  Morfologi Tumbuhan............................................................7
2.4  Kandungan Kimia..............................................................
2.5  Manfaat


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas ekspor yang menjadi andalan bagi Indonesia dalam upaya menambah devisa. Disamping itu pengusahaan komoditas ini mampu menyediakan lapangan kerja karena dapat dilakukan dengan sistem padat karya. Menurut dinas perkebunan Riau, luas perkebunan Kakao adalah sebesar 5.663 ha dengan produksi 4,675 ton, dengan rincian perkebunan rakyat sebesar 73,98% (4.183 ha), perkebunan negara sebesar 8,1% (453 ha) dan perkebunan swasta 18,2% (1,027 ha) (Nurbaiti dan Maryani, 2007). Kakao merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang telah lama dibudidayakan baik oleh masyarakat maupun perusahaan perkebunan yang dikelola oleh pemerintah. Hal ini disebabkan karena hingga saat ini berbagai produk pangan yang berbahan biji kakao sangat digemari oleh semua lapisan masyarakat. Oleh karena itu permintaan pasar akan tanaman ini terus meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan peningkatan pertumbuhan penduduk, baik untuk pasar dalam negeri maupun ekspor ke berbagai negara yang merupakan produsen makanan berbahan dasar kakao. Untuk itu maka Indonesia sebagai salah satu produsen perlu memanfaatkan peluang tersebut untuk meningkatkan devisa negara dengan meningkatkan ekspor biji kakao (Kurniasih, 2011). Kakao merupakan satu-satunya dari 22 jenis marga Theobroma, suku Sterculiaceae, yang diusahakan secara komersial. Sistematika tanaman ini sebagai berikut: Divisi               : Spermatophyta Anak divisi      : Angioospermae Kelas               : Dicotyledoneae Anak kelas      : Dialypetalae Bangsa            : Malvales Suku                : Sterculiaceae Marga              : Theobroma Jenis                : Theobroma cacao L Beberapa sifat (penciri) dari buah dan biji digunakan dasar klasifikasi dalam sistem taksonomi. Berdasarkan bentuk buahnya, kakao dapat dikelompokkan ke dalam empat populasi. Kakao lindak (bulk) yang telah tersebar luas di daerah tropika adalah anggota sub jenis sphaerocarpum (BPTBTPP, 2008). Pertumbuhan dan produktivitas tanaman kakao ditentukan oleh sifat genetik bahan tanam serta interaksinya dengan lingkungan tempat tumbuhnya. Selanjutnya dinyatakan bahwa produksi potensial ditentukan oleh bentuk bahan tanam yang digunakan, misalnya berupa benih, entres, atau sel somatik. Pemilihan klon harapan tahan hama PBK sebagai sumber bahan tanam maupun plasma nutfah merupakan salah satu modal dasar untuk mendapat bahan tanam dengan produktivitas dan mutu hasil yang tinggi. Perbanyakan tanaman melalui benih berupa biji disebut perbanyakan secara generatif. Produksi dan pemeliharaan benih perkebunan diatur dalam Peraturan. Selama dalam proses penangkaran, benih akan melalui pengujian lapangan, yang meliputi kemurnian, keseragaman, dan kebersihan pertanaman. Setelah pengujian lapangan, dilakukan pengujian laboratorium, untuk menguji kemurnian varietas dan fisik, kandungan air, dan daya kecambah (Limbongan, 2012). Pada setiap pembibitan tanaman, air memiliki peranan yang sangat penting, kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel penjaga stomata akan menurun, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang terus-menerus akan menyebabkan perubahan irreversible (tidak dapat balik) dan pada gilirannya tanaman akan mati. Selain pengaturan pemberia air, kesuburan tanah merupakan hal lain yang perlu diperhatikan. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman kakao mulai dari perkecambahan sampai menghasilkan buah, membutuhkan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan bibit kakao normal. Tidak tersedianya unsur hara bagi tanaman akan menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu, sehingga dapat menurunkan hasil. Usaha peningkatan produksi pertanian seperti pangan, hortikultura, perkebunan tidak terlepas dari peranan pupuk sebagai bahan penyubur. Peningkatan efisiensi penggunaan pupuk harus diperhatikan karena salah satu faktor yang membatasi produksi tanaman adalah unsur hara dan pupuk dapat dipergunakan untuk mencapai keseimbangan hara untuk keperluan pertumbuhan tanaman, sehingga akan dicapai hasil produksi yang optimal (Asrul, 2011). Kakao diklasifikasikan dalam dua jenis, kakao bulk dan kakao fine flavour. Kakao bulk atau kakao lindak berasal dari pohon-pohon forastero yang ditemukan di seluruh Afrika Barat dan Brasilia, sedangkan kakao fine flavour pada umumnya berasal dari pohon-pohon Criollo dan Trinitario yang ditemukan di Karibia, Venezuela, Indonesia dan Papua Nugini. Pertumbuhan batang kakao bersifat dimorfisme yang berarti memiliki dua macam bentuk pertumbuhan vegetatif. Pertama, kecambah yang membentuk batang utama yang bersifat ortotrop pada umur tertentu akan membentuk perempatan atau jorquette dengan 4-6 cabang primer tumbuh ke samping atau yang disebut cabang plagiotrop (Poedjiwidodo, 1996). Identifikasi morfologi tanaman merupakan identifikasi terhadap tinggi tanaman, bentuk daun, jumlah buah, jumlah cabang, dan lain-lain. Identifikasi secara morfologi memiliki kelemahan yaitu penampilan sering rancu karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan, subjektivitas peneliti dan umur tanaman. Oleh karena itu harus diikuti dengan identifikasi molekuler untuk memperoleh data identifikasi tanaman dengan tepat (Susantidiana, 2009). Organ tanaman kakao yang erat kaitannya dengan hasil buah adalah daun (sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis), batang dan percabangan (sebagai tempat tumbuh bunga, buah, dan organ translokasi), serta akar (sebagai penopang tajuk tanaman dan organ penyerap air dan hara). Keseimbangan perkembangan antar organ tanaman perlu diatur melalui teknik budidaya yang baik dan benar sehingga dapat diperoleh hasil produksi yang tinggi. Teknik budidaya seperti penaungan, pemangkasan, pemupukan, atau pengairan samping batas tertentu (Ferlianto, 2006). Tangkai daun bentuknya silinder dan bersisik halus, bergantung pada tipenya. Salah satu sifat khusus daun kakao yaitu adanya dua persendian (articulation) yang terletak di pangkal dan ujung tangkai daun. Dengan persendian ini dilaporkan daun mampu membuat gerakan untuk menyesuaikan dengan arah datangnya sinar matahari. Bentuk helai daun bulat memanjang (oblongus) ujung daun meruncing (acuminatus) dan pangkal daun runcing (acutus). Susunan daun tulang menyirip dan tulang daun menonjol ke permukaan bawah helai daun. Tepi daun rata, daging daun tipis tetapi kuat seperti perkamen (Karmawati dkk, 2010). Indeks luas daun (ILD) adalah besarnya angka perbandingan antara total luas permukaan seluruh daun yang ada pada tajuk dengan luas bidang tanah yang dinauni tajuk tersebut. Pada tingkat perkembangan awal, pertumbuhan dan leba daun akan terus bertambah sejalan bertambahnya umur tanaman. Dengan demikian luas daun pada tajuk akan bertambah, demikian pula luas tanah yang dilindungi jga meningkat. Peningkatan luas daun cenderung mengakibatkan daun saling menutupi antara yang satu dengan yang lainnya (Suwarto dan Octaviany, 2011).    4.2 Pembahasan Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan, temperatur, dan sinar matahari menjadi bagian dari faktor iklim yang menentukan. Demikian juga faktor fisik dan kimia tanah yang erat kaitannya dengan daya tembus (penetrasi) dan kemampuan akar menyerap hara. Ditinjau dari wilayah penanamannya, kakao ditanam di daerahdaerah yang berada pada 100 LU sampai dengan 100 LS. Walaupun demikian penyebaran pertanaman kakao secara umum berada pada daerahdaerah antara 70 LU sampai dengan 180 LS. Hal ini tampaknya erat kaitannya dengan distribusi curah hujan dan jumlah penyinaran matahari sepanjang tahun.  Curah hujan sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman kakao yaitu mengenai distribusinya sebagai pendukung pertumbuhan sepanjang tahun. Hal tersebut berkaitan dengan masa pembentukan tunas muda dan produksi. Areal penanaman kakao yang ideal adalah daerahdaerah bercurah hujan 1.100 3.000 mm per tahun. Tanaman kakao juga dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asal persyaratan fisik dan kimia tanah yang berperan terhadap pertumbuhan dan produksi kakao terpenuhi. Kemasaman tanah (pH), kadar zat organik, unsur hara, kapasitas adsorbsi, dan kejenuhan basa merupakan sifat kimia yang perlu diperhatikan, sedangkan faktor fisiknya adalah kedalaman efektif, tinggi permukaan air tanah, drainase, struktur, dan konsistensi tanah. Selain itu kemiringan lahan juga merupakan sifat fisik yang mempengaruhi pertumbuhan dan pertumbuhan kakao. Tanaman kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dikembangluaskan dalam rangka peningkatan sumber devisa negara dari sektor nonmigas. Tanaman kakao tersebut merupakan salah satu anggota genus Theobrama dari familia Sterculaieeae yang banyak dibudidayakan. Tanaman kakao juga termasuk golongan tanaman tahunan yang tergolong dalam kelompok tanaman caulofloris yaitu tanaman yang berbunga dan berbuah pada batang dan cabang. Tanaman ini pada garis besarnya dapat dibagi atas dua bagian, yaitu bagian vegetatif yang meliputi akar, batang serta daun dan bagian generatif yang meliputi bunga dan buah. Untuk lebih mengenal tanaman kakao maka kita perlu mengidentifikasi tanaman kakao terlebih dahulu, yang meliputi: 1.    Akar Akar tanaman kakao mempunyai akar tunggang (Radik primaria). Pertumbuhannya dapat mencapai 8 meter kearah samping dan 15 meter kearah bawah. Kakao yang diperbanyak secara vegetatif pada awal pertumbuhannya tidak membentuk akar tunggang, melainkan akar-akar serabut yang banyak jumlahnya. Setelah dewasa tanaman tersebut akan membentuk dua akar yang menyerupai akar tunggang. Pada kecambah yang telah berumur 1 – 2 minggu terdapat akar-akar cabang (Radik lateralis) yang merupakan tempat tumbuhnya akar-akar rambut (Fibrilla) dengan jumlah yang cukup banyak. Pada bagian ujung akar ini terdapat bulu akar yang dilindungi oleh tudung akar (Calyptra). Bulu akar inilah yang berfungsi menyerap larutan dan garam-garam tanah. Diameter bulu akar hanya 10 mikro dan panjang maksimum hanya 1 milimeter. 2.    Batang Diawal pertumbuhannya tanaman kakao yang diperbanyak dengan biji akan membentuk batang utama sebelum tumbuh cabang-cabang primer. Letak pertumbuhan cabang-cabang primer disebut jorket dengan ketinggian yang ideal 1,2 – 1,5 meter dari permukaan tanah dan jorket ini tidak terdapat pada kakao yang diperbanyak secara vegetatif. Ditinjau dari segi pertumbuhannya, cabang-cabang pada tanaman kakao tumbuh kearah atas dan samping. Cabang yang tumbuh kearah atas disebut cabang Orthotrop dan cabang yang tumbuh kearah samping disebut dengan Plagiotrop. Dari batang dan kedua jenis cabang tersebut sering ditumbuhi tunas-tunas air (Chupon) yang banyak menyerap energi, sehingga bila dibiarkan tumbuh akan mengurangi pembungaan dan pembuahan. 3.    Daun Pada Theobroma cacao daunnya merupakan daun tunggal ( folium simplex) yaitu pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja Bentuk tangkai daunnya (petiolus) adalah bulat telur Bangun daunnya adalah memanjang (oblongus). Pada ujung ( apex folii) dan pangkal daunnya (basis folii) berbentuk runcing (acutus) yaitu kedua tepi daunnya di kanan dan kiri ibu tulang sedikit demi sedikit menuju keatas dan pertemuaannya pada puncak daun membentuk suatu sudut lancip. Tepi daunnya (margo folii) berbentuk rata (integer). Panjang daunnya adalah sekitar 10-48 cm dan lebarnya adalah 4-20 cm. Susunan tulang daunnya (nervatio) adalah bertulang menyirip (penninervis) yaitu hanya mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung, dan merupakan terusan tangkai daun. Warna daunnya adalah hijau. 4.    Bunga Bunga kakao tergolong bunga sempurna, terdiri atas daun kelopak (Calyx) sebanyak 5 helai dan benang sari ( Androecium) berjumlah 10 helai. Diameter bunga 1,5 centimeter. Bunga disangga oleh tangkai bunga yang panjangnya 2 – 4 cm. Pembungaan kakao bersifat cauliflora dan ramiflora, artinya bunga-bunga dan buah tumbuh melekat pada batang atau cabang, dimana bunganya terdapat hanya sampai cabang sekunder. Tanaman kakao dalam keadaan normal dapat menghasilkan bunga sebanyak 6000 – 10.000 pertahun tetapi hanya sekitar 5%  yang dapat menjadi buah. 5.    Buah Buah kakao berupa buah buni yang daging bijinya sangat lunak. Kulit buah mempunyai sepuluh alur dan tebalnya 1 – 2 cm. Bentuk, ukuran dan warna buah kakao bermacam-macam serta panjangnya sekitar 10 – 30 cm, umumnya ada tiga macam warna buah kakao yaitu hijau muda sampai hijau tua, waktu muda dan menjadi kuning setelah masak, warna merah serta campuran antara merah dan hijau. Buah ini akan masak 5 – 6 bulan setelah terjadinya penyerbukan. Buah muda yang ukurannya kurang dari 10 cm disebut cherelle (pentil). Buah ini sering sekali mengalami pengeringan (cherellewilt) sebagai gejala spesifik dari tanaman kakao. Gejala demikian disebut physiological effect thinning yakni adanya proses fisiologis yang menyebabkan terhambatnya penyaluran hara yang menunjang pertumbuhan buah muda. Gejala tersebut dapat juga dikarenakan adanya kompetisi energi antara vegetatif dan generatif atau karena adanya pengurangan hormon yang dibutuhkan untuk pertumbuhahn buah muda. 6.    Biji Biji kakao tidak mempunyai masa dormasi sehingga penyimpanan biji untuk benih dengan waktu yang agak lama tidak memungkinkan. Biji ini diselimuti oleh lapisan yang lunak dan manis rasanya, jika telah masak lapisan tersebut pulp atau micilage. Pulp ini dapat menghambat perkecambahan dan karenanya biji yang akan digunakan untuk menghindari dari kerusakan biji dimana jika pulp ini tidak dibuang maka didalam penyimpanan akan terjadi proses fermentasi sehingga dapat merusak biji. Biji kakao sendiri yang kemudian diolah menjadi cokelat memiliki banyak manfaat bagi manusia dan lingkungan, manfaat tersebut berupa memberikan keuntungan besar bagi orang yang membudidayakan kakao karena kakao sendiri merupakan salah satu produk perkebunan unggulan yang mempunyai nilai yang sangat tinggi, dengan nilai yang tinggi ini maka petani yang membudidayakan kakao akan memiliki keuntungan yang besar. Selain itu manfaat tanaman kakao yang telah diolah menjadi coklat yaitu cokelat merupakan kategori makanan yang mudah dicerna oleh tubuh dan mengandung banyak vitamin seperti vitamin A1, B1, B2, C, D, dan E serta beberapa mineral seperti fosfor, magnesium, zat besi, zinc, dan juga tembaga. Cokelat juga terkenal mengandung antioksidan dan flavonoid yang sangat berguna untuk mencegah masuknya radikal bebas ke dalam tubuh yang bisa menyebabkan kanker. Cokelat juga mengandung lemak yang memiliki fungsi yang sama dengan minyak zaitun dan mengandung mineral esensial untuk memperkuat tulang, kuku, rambut, dan juga kulit. Hal tersebut sangat membantu untuk mencegah proses penuaan. Meskipun dianggap sebagai makanan yang mampu menambah berat badan, cokelat juga dianggap sebagai salah satu makanan yang mampu mengusir rasa stres. Hal tersebut disebabkan karena cokelat mengandung molekul psikoaktif yang dapat membuat pemakan cokelat merasa nyaman. Beberapa kandungan cokelat seperti kafein, theobromine, methyl-xanthine, dan phenylethylalanine dipercaya dapat memperbaiki mood dan mengurangi kelelahan sehingga bisa digunakan sebagai obat anti depresi. Secara umum jenis kakao terbagi menjadi 3 jenis yaitu Criollo atau yang biasa dikenal dengan sebutan kakao mulia, Forastero dan Trinitario (campuran dari Criollo dan Forastero). Walaupun cokelat yang merupakan makanan dan minuman dari pengolahan biji kakao dan merupakan makanan minuman favorit hampir semua golongan usia, dari anak-anak sampai orang dewasa tetapi sangat sedikit yang mengetahui jenis dan anatomi buah kakao. Berikut ini penjelasan tentang kakao jenis Criollo dan Forastero yaitu: 1. Criollo Merupakan jenis kakao yang menghasilkan biji kakao dengan mutu terbaik sehingga dikenal sebagai kakao mulia,  fine flavour cocoa, choiced cocoa dan edel cocoa. Buahnya berwarna merah atau hijau dengan kulit buah tipis berbintil-bintil kasar dan lunak. Biji kakaonya berbentuk bulat telur dan berukuran besar dengan kotiledon berwarna putih pada saat basah. Berjumlah lebih kurang 7% dari produksi kakao dunia dan merupakan jenis edel yang dihasilkan di Equador, Venezuela, Trinidad, Grenada, Jamaika, Srilangka, Indonesia dan Samoa. 2. Forastero Merupakan jenis kakao dengan mutu kakao sedang atau bulk cocoa atau lebih dikenal dengan ordinary cocoa. Buahnya berkulit tebal dan berwarna hijau. Biji kakaonya berbentuk tipis (gepeng) dengan kotiledon berwarna unggu pada saat basah. Jumlahnya sekitar 93% dari produksi kakao dunia dan merupakan jenis bulk yang dihasilkan Afrika Barat, Brazil dan Dominika. 3. Trinitario Merupakan hybrida dari jenis kakao Criollo dan Forastero secara alami sehingga jenis kakao ini sangat heterogen. Kakao jenis ini menghasilkan biji kakao fine flavour cocoa dan ada yang termasuk dalam bulk cocoa. Bentuknya bermacam-macam dengan buah berwarna hijau dan merah. Biji kakaonya juga bermacam-macam dengan kotiledon berwarna unggu muda sampai unggu tua pada saat basah. Cahaya mempunyai peranan yang besar dalam proses fisiologi tanaman, dalam hal fotosintesis, respirasi, pertumbuhan dan perkembangan, penutupan dan pembukaan stomata, serta berbagai pergerakan tanaman dan perkecambahan. tanaman yang tumbuh pada intensitas cahaya tinggi umumnya mengabsorbsi ion lebih cepat daripada tanaman yang tumbuh pada intensitas cahaya rendah. Hal ini terjadi karena gula yang dihasilkan dari fotosintesis ditranslokasikan ke akar, direspirasikan, dan energi yang dihasilkan digunakan untuk menyerap ion.   Kekurangan intensitas cahaya menyebabkan jumlah energi yang tersedia untuk penggabungan karbondioksida dan air sangat rendah, akibatnya pembentukan karbohidrat hasil fotosintesis yang digunakan untuk pembentukan senyawa lain juga rendah. Tanaman kakao sendiri menghendaki iklim yang tidak terlalu panas sehingga untuk membudidayakan tanaman kakao di dataran rendah perlu adanya inovasi yaitu seperti suatu naungan pada tanaman kopi. Lingkungan hidup alami tanaman kakao ialah hutan hujan tropis yang di dalam pertumbuhannya membutuhkan naungan untuk mengurangi pencahayaan penuh. Cahaya matahari yang terlalu banyak akan mengakibatkan lilit batang kecil, daun sempit, dan batang relatif pendek. Pemanfaatan cahaya matahari semaksimal mungkin dimaksudkan untuk mendapatkan intersepsi cahaya dan pencapaian indeks luas daun optimum. Kakao tergolong tanaman C3 yang mampu berfotosintesis pada suhu daun rendah. Fotosintesis maksimum diperoleh pada saat penerimaan cahaya pada tajuk sebesar 20 persen dari pencahayaan penuh. Kejenuhan cahaya di dalam fotosintesis setiap daun yang telah membuka sempurna berada pada kisaran 3-30 persen cahaya matahari atau pada 15 persen cahaya matahari penuh. Hal ini berkaitan pula dengan pembukaan stomata yang lebih besar bila cahaya matahari yang diterima lebih banyak (Karmawati, 2010). Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Di samping itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Pada tahun 2002, perkebunan kakao telah menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI) serta memberikan sumbangan devisa terbesar ke tiga dari sub sektor perkebunan setelah karet dan minyak sawit dengan nilai US $ 701 juta. Perkebunan kakao di Indonesia mengalami perkembangan pesat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir dan pada tahun 2002 areal perkebunan kakao Indonesia tercatat seluas 914.051 ha. Perkebunan kakao tersebut sebagian besar (87,4%) dikelola oleh rakyat dan selebihnya 6,0% perkebunan besar negara serta 6,7% perkebunan besar swasta. Jenis tanaman kakao yang diusahakan sebagian besar adalah jenis kakao lindak dengan sentra produksi utama adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. Di samping itu juga diusahakan jenis kakao mulia oleh perkebunan besar negara di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dari segi kualitas, kakao Indonesia tidak kalah dengan kakao dunia dimana bila dilakukan fermentasi dengan baik dapat mencapai cita rasa setara dengan kakao berasal dari Ghana dan keunggulan kakao Indonesia tidak mudah meleleh sehingga cocok bila dipakai untuk blending. Sejalan dengan keunggulan tersebut, peluang pasar kakao Indonesia cukup terbuka baik ekspor maupun kebutuhan dalam negeri. Dengan kata lain potensi untuk menggunakan industri kakao sebagai salah satu pendorong pertumbuhan dan distribusi pendapatan cukup terbuka. Rata-rata produksi kakao secara nasional hanya 897 kg/ha/tahun, padahal potensinya dapat mencapai 2.000 kg/ha/tahun. Hal ini terjadi karena perkebunan kakao didominasi oleh perkebunan rakyat dengan produktifitas yang rendah. Penggunaan bahan tanam berkualitas merupakan salah satu faktor yang penting untuk meningkatkan produktifitas tanaman kakao. Bahan tanam kakao dapat berasal dari perbanyakan generatif ataupun vegetatif. Bahan tanam perbanyakan vegetatif asal sambungan akan menghasilkan pertumbuhan dan produksi yang lebih seragam dibandingkan dengan perbanyakan generatif. Jika dibandingkan dengan perbanyakan vegetatif lain, pekerjaannya lebih sederhana, persentase tumbuh lebih tinggi, pertumbuhannya lebih cepat serta produktifitasnya lebih tinggi. 

http://ilham-roby.blogspot.co.id/2013/12/identifikasi-morfologi-tanaman-kakao.html

Daun kakao mengandung senyawa bioaktif berupa senyawa fenolat, yang juga memiliki peran sebagai antioksidan. Menurut Minifie (1970), daun kakao mengandung theobromine , kafein, anthocianin, leucoanthocianin dan catechol, yang jumlahnya bervariasi, dipengaruhi oleh umur daun dan umur tanaman. Selain itu dalam penelitian Yang, dkk. (2011) menyebutkan juga bahwa daun kakao memiliki komponen yang sama dengan daun teh (Camellia sinensis dan Camellia assmica) yaitu berupa tea polyphenol 3,60%; flavonoid glycoside1,91%; theobromine ,71%; catechins; dan tea pigments. Osman dkk. (2004) dalam penelitiannya menyatakan bahwa daun kakao mengandung polifenol yang terdiri atas epigalo katekin galat (EGCG), epigalo katekin (EGC), epi katekin galat (ECG), dan epi katekin (EC). Jumlah dari masing-masing senyawa tersebut dipengaruhi oleh umur daun. Pada daun muda (pucuk daun ditambah 3 daun dibawahnya ) mengandung total polifenol 19,0% dan kafein 2,24% dari ekstrak daun kakao, total katekin 9,75% dari total polifenol Pada daun tua (daun nomer 5 sampai dengan 8) mengandung total polifenol 28,4%, dan kafein 1,33% dari ekstrak daun kakao, total katekin 5,25% dari total polifenol. Sementara itu pada teh hijau sebagai pembanding, mengandung total polifenol 17,3%, dan kafein 3,34% dari ekstrak daun kakao, total katekin 15,2% dari total polifenol. Daun kakao juga mengandung Se (selenium) yang lebih tinggi dari daun teh. Selenium ini termasuk elemen mikroesensial yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan bagi hewan, tumbuhan serta manusia. Bioekstraksi selenium dapat dilakukan secara fermentasi campuran asam dengan khamir. Bioekstraksi selenium sangat dipengaruhi oleh konsentrasi daun coklat, konsentrasi glukosa, waktu inkubasi serta penambahan khamir (Thiowijaya, 2001)


3.1 Limbah Pra Panen Kakao
3.1.1 Pemanfaatan Limbah Daun Kakao sebagai Kompos
Limbah daun kakao adalah masalah linkungan yang paling sulit di atasi, baik dari faktor volume limbah, kandungan bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah, dimana sering membuat kerugian daripada keuntungan. Untuk mengatasi limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah yang baik dan ramah lingkungan yaitu dengan sebagian limbah ada yang diolah kembali atau daur ulang sebagai limbah yang bermanfaat tanpa timbulkan kerugian. Dengan kemajuan zaman di harapkan pengolahannya jauh lebih baik dan optimal menyeluruh sehingga masalah linkungan cepat tertasi, tak ada pencenmaran udara, air, maupaun tanah sekalipun.
3.1.1.1  Manfaat Limbah Daun Kakao Menjadi Pupuk
1. Mengurangi Volume limbah daun yang dibuang di TPA
     Karena daun dikomposkan di tempat di mana kompos tersebut diambil, maka  dengan sendirinya volume daun yang diangkut ke TPA akan berkurang.
2. Menghemat Sumber Daya
Berkurangnya volume daun yang diangkut ke TPA juga mengakibatkan implikasi lain. Misalnya: berkurangnya armada angkutan yang dibutuhkan, berkurangnya tenaga kerja yang dibutuhkan, menghemat bahan bakar. Semua ini akan menghemat biaya yang diperlukan untuk pengelolaan limbah faun kakao.
3. Peningkatan Nilai Tambah
Limbah indentik dengan bahan buangan yang tidak memiliki nilai, kotor, kumuh, dan bau. Memang stigma ini tidak sepenuhnya salah. Namun, dengan membuat sampah organik menjadi kompos akan memberikan nilai tambah bagi sampah. Kompos memiliki nilai ekonomi dan tidak berbau.
4. Menyuburkan tanah dan tanaman
5. Manfaat untuk kebersihan lingkungan




 

Blogger news

Most Reading