PEMBUATAN SIMPLISIA
1. PENGUMPULAN BAHAN BAKU
Kadar senyawa aktif dalam suatu
simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada :
1. Bagian
tanaman yang digunakan.
2. Umur tanaman
yang digunakan.
3. Waktu panen.
4. Lingkungan
tempat tumbuh.
Waktu panen sangat erat hubungannya
dengan pembentukan senyawa aktif di dalam bagian tanaman yang akan dipanen.
Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman tersebut mengandung senyawa
aktif dalam jumlah yang terbesar.
2. SORTASI BASAH
Sortasi basah dilakukan untuk
memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia.
Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan
asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak,
serta pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba
dalam jurnlah yang tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah
yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal.
3. PENCUCIAN
Pencucian dilakukan untuk
menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia.
Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur
atau air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut di dalam air
yang mengalir, pencucian agar dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin.
Menurut Frazier (1978), pencucian sayur-sayuran satu kali dapat menghilangkan
25% dari jumlah mikroba awal, jika dilakukan pencucian sebanyak tiga kali,
jumlah mikroba yang tertinggal hanya 42% dari jumlah mikroba awal. Pencucian
tidak dapat membersihkan simplisia dari semua mikroba karena air pencucian yang
digunakan biasanya mengandung juga sejumlah mikroba. Cara sortasi dan pencucian
sangat mempengaruhi jenis dan jumlah rnikroba awal simplisia. Misalnya jika air
yang digunakan untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada permukaan bahan
simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat pada permukaan bahan tersebut
dapat menipercepat pertumbuhan mikroba. Bakteri yang umum terdapat dalam air
adalah Pseudomonas, Proteus, Micrococcus, Bacillus, Streptococcus, Enterobacter
dan Escherishia. Pada simplisia akar, batang atau buah dapat pula dilakukan
pengupasan kulit luarnya untuk mengurangi jumlah mikroba awal karena sebagian
besar jumlah mikroba biasanya terdapat pada permukaan bahan simplisia. Bahan
yang telah dikupas tersebut mungkin tidak memerlukan pencucian jika cara
pengupasannya dilakukan dengan tepat dan bersih.
4. PERAJANGAN
Beberapa jenis bahan simplisia perlu
mengalami proses perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk
mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru
diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama 1
hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus
sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki.
Semakin tipis bahan yang akan
dikeringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga mempercepat waktu
pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan berkurangnya
atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap. Sehingga mempengaruhi
komposisi bau dan rasa yang diinginkan. Oleh karena itu bahan simplisia seperti
temulawak, temu giring, jahe, kencur dan bahan sejenis lainnya dihindari
perajangan yang terlalu tipis untuk mencegah berkurangnya kadar minyak atsiri.
Selama perajangan seharusnya jumlah mikroba tidak bertambah. Penjemuran sebelum
perajangan diperlukan untuk mengurangi pewarnaan akibat reaksi antara bahan dan
logam pisau. Pengeringan dilakukan dengan sinar matahari selama satu hari.
5. PENGERINGAN
Tujuan
pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga
dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan
menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan
simplisia. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat
merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad reniklainnya.Enzim tertentu dalam sel, masih dapat
bekerja, menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama bahan
simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu. Pada tumbuhan yang
masih hidup pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik yang merusak itu tidak
terjadi karena adanya keseimbangan antara proses-proses metabolisme, yakni proses
sintesis, transformasi dan penggunaan isi sel. Keseimbangan ini hilang segera
setelah sel tumbuhan mati. Sebelum tahun 1950, sebelum bahan dikeringkan,
terhadap bahan simplisia tersebut lebih dahulu dilakukan proses stabilisasi
yaitu proses untuk menghentikan reaksi enzimatik. Cara yang lazim dilakukan
pada saat itu, merendam bahan simplisia dengan etanol 70% atau dengan mengaliri
uap panas. Dari hasil penelitian selanjutnya diketahui bahwa reaksi enzimatik
tidak berlangsung bila kadar air dalam simplisia kurang dari 10%.
Pengeringan simplisia dilakukan
dengan menggunakan sinar matahari atau menggunakan suatu alat pengering.
Hal-ha1 yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu
pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, Waktu pengeringan dan luas
permukaan bahan. Pada pengeringan bahan simplisia tidak dianjurkan menggunakan
alat dari plastik. Selama proses pengeringan bahan simplisia, faktor-faktor
tersebut harus diperhatikan sehingga diperoleh simplisia kering yang tidak
mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan. Cara pengeringan yang salah dapat
mengakibatkan terjadinya “Face hardening”, yakni bagian luar bahan sudah kering
sedangkan bagian dalamnya masih basah. Hal ini dapat disebabkan oleh irisan
bahan simplisia yang terlalu tebal, suhu pengeringan yang terlalu tinggi, atau
oleh suatu keadaan lain yang menyebabkan penguapan air permukaan bahan jauh
lebih cepat daripada difusi air dari dalam ke permukaan tersebut, sehingga
permukaan bahan menjadi keras dan menghambat pengeringan selanjutnya. “Face
hardening” dapat mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalarn bahan
yang dikeringkan.
Suhu pengeringan tergantung kepada
bahan simplisia dan cara pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada
suhu 300 sampai 90°C, tetapi suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 60°C.
Bahan simplisia yang mengandung senyawa aktif yang tidak tahan panas atau mudah
menguap harus dikeringkan pada suhu serendah mungkin, misalnya 300 sampai 450
C, atau dengan cara pengeringan vakum yaitu dengan mengurangi tekanan udara di
dalam ruang atau lemari pengeringan, sehingga tekanan kira-kira 5 mm Hg.
Kelembaban juga tergantung pada bahan simplisia,cara pengeringan, dan tahap
tahap selama pengeringan. Kelembaban akan menurun selama berlangsungnya proses
pengeringan. Berbagai cara pengeringan telah dikenal dan digunakan orang. Pada
dasarnya dikenal dua cara pengeringan yaitu pengeringan secara alamiah dan
buatan.
1. Pengeringan
Alamiah.
Tergantung dari senyawa aktif yang
dikandung dalam bagian tanaman yang dikeringkan, dapat dilakukan dua cara
pengeringan :
1. Dengan panas
sinar matahari langsung. Cara ini dilakitkan untuk mengeringkan bagian tanaman
yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji dan sebagainya, dan
rnengandung senyawa aktif yang relatif stabil. Pengeringan dengan sinar
matahari yang banyak dipraktekkan di Indonesia merupakan suatu cara yang mudah
dan murah, yang dilakukan dengan cara membiarkan bagian yang telah
dipotong-potong di udara terbuka di atas tampah-tampah tanpa kondisi yang
terkontrol sepertl suhu, kelembaban dan aliran udara. Dengan cara ini kecepatan
pengeringan sangat tergantung kepada keadaan iklim, sehingga cara ini hanya
baik dilakukan di daerah yang udaranya panas atau kelembabannya rendah, serta
tidak turun hujan. Hujan atau cuaca yang mendung dapat memperpanjang waktu
pengeringan sehingga memberi kesempatan pada kapang atau mikroba lainnya untuk
tumbuh sebelum simplisia tersebut kering. F’IDC (Food Technology Development
Center IPB) telah merancang dan membuat suatu alat pengering dengan menggunakan
sinar matahari, sinar matahari tersebut ditampung pada permukaan yang gelap
dengan sudut kemiringan tertentu. Panas ini kemudian dialirkan keatas rak-rak
pengering yang diberi atap tembus cahaya di atasnya sehingga rnencegah bahan
menjadi basah jika tiba-tiba turun hujan. Alat ini telah digunakan untuk
mengeringkan singkong yang telah dirajang dengan demikian dapat pula digunakan
untuk mengeringkan simplisia.
2. Dengan
diangin-anginkan dan tidak dipanaskan dengan sinar matahari langsung. Cara ini
terutama digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman yang lunak seperti bunga,
daun, dan sebagainya dan mengandung senyawa aktif mudah menguap.
2. Pengeringan
Buatan
Kerugian
yang mungkin terjadi jika melakukan pengeringan dengan sinar matahari dapat
diatasi jika melakukan pengeringan buatan, yaitu dengan menggunakan suatu alat
atau mesin pengering yang suhu kelembaban, tekanan dan aliran udaranya dapat
diatur. Prinsip pengeringan buatan adalah sebagai berikut: “udara dipanaskan
oleh suatu sumber panas seperti lampu, kompor, mesin disel atau listrik, udara
panas dialirkan dengan kipas ke dalam ruangan atau lemari yang berisi bahan
yang akan dikeringkan yang telah disebarkan di atas rak-rak pengering”. Dengan
prinsip ini dapat diciptakan suatu alat pengering yang sederhana, praktis dan
murah dengan hasil yang cukup baik.
Dengan
menggunakan pengeringan buatan dapat diperoleh simplisia dengan mutu yang lebih
baik karena pengeringan akan lebih merata dan waktu pengeringan akan lebih
cepat, tanpa dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Sebagai contoh misalnya jika kita
membutuhkan waktu 2 sampai 3 hari untuk penjemuran dengan sinar matahari
sehingga diperoleh simplisia kering dengan kadar air 10% sampai 12%, dengan
menggunakan suatu alat pengering dapat diperoleh simplisia dengan kadar air
yang sama dalam waktu 6 sampai 8 jam.
Daya tahan
suatu simplisia selama penyimpanan sangat tergantung pada jenis simplisia,
kadar airnya dan cara penyimpanannya. Beberapa simplisia yang dapat tahan lama
dalam penyimpanan jika kadar airnya diturunkan 4 sampai 8%, sedangkan simplisia
lainnya rnungkin masih dapat tahan selama penyimpanan dengan kadar air 10
sampai 12%.
6. SORTASI KERING
Sortasi setelah pengeringan
sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk
memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak
diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masill ada dan tertinggal pada
sirnplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum sirnplisia dibungkus untuk
kernudian disimpan. Seperti halnya pada sortasi awal, sortasi disini dapat
dilakukan dengan atau secara mekanik. Pada simplisia bentuk rimpang sering
jurnlah akar yang melekat pada rimpang terlampau besar dan harus dibuang.
Demikian pula adanya partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda tanah lain
yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia dibungkus.
Pengawetan
Simplisia nabati atau simplisia
hewani harus dihindarkan dari serangga atau cemaran atau mikroba dengan
penambahan kloroform, CCl4, eter atau pemberian bahan atau penggunaan cara yang
sesuai, sehingga tidak meninggalkan sisa yang membahayakan kesehatan.
Wadah
Wadah adalah tempat penyimpanan
artikel dan dapat berhubungan langsung atau tidak langsung dengan artikel.
Wadah langsung (wadah primer) adalah wadah yang langsung berhubungan dengan
artikel sepanjang waktu. Sedangkan wadah yang tidak bersentuhan langsung dengan
artikel disebut wadah sekunder.
Wadah dan sumbatnya tidak boleh
mempengaruhi bahan yang disimpan didalamnya baik secara fisika maupun kimia,
yang dapat mengakibatkan perubahan kekuatan, mutu atau kemurniannya hingga
tidak memenuhi persyaratan resmi.
Wadah tertutup baik: harus
melindungi isi terhadap masuknya bahan padat dan mencegah kehilangan bahan
selama penanganan, pengangkutan, penyimpanan dan distribusi.
Suhu Penyimpanan
Dingin
: suhu tidak lebih dari 80C, Lemari pendingin
mempunyai suhu antara 20C– 80C, sedangkan lemari pembeku mempunyai suhu antara -200C dan -100C.
Sejuk
: suhu antara 80C dan 150C. Kecuali
dinyatakan lain, bahan yang harus di simpan pada suhu sejuk dapat disimpan pada
lemari pendingin.
Suhu kamar :
suhu pada ruang kerja. Suhu kamar terkendali adalah suhu yang di atur antara 150C dan 300C.
Hangat
: hangat adalah suhu antara 300C dan 400C.
Panas
berlebih : panas berlebih adalah suhu di atas 400C.
Tanda dan Penyimpanan
Semua simplisia yang termasuk daftar
narkotika, diberi tanda palang medali berwarna merah di atas putih dan harus
disimpan dalam lemari terkunci. Semua simplisia yang termasuk daftar obat keras
kecuali yang termasuk daftar narkotika, diberi tanda tengkorak dan harus
disimpan dalam lemari terkunci.
Kemurnian Simplisia
Persyaratan simplisia nabati dan
simplisia hewani diberlakukan pada simplisia yang diperdagangkan, tetapi pada
simplisia yang digunakan untuk suatu pembuatan atau isolasi minyak atsiri,
alkaloida, glikosida, atau zat aktif lain, tidak harus memenuhi persyaratan
tersebut.
Persyaratan yang membedakan strukrur
mikroskopik serbuk yang berasal dari simplisia nabati atau simplisia hewani
dapat tercakup dalam masing–masing monografi, sebagai petunjuk identitas, mutu
atau kemurniannya.
Benda Asing
Simplisia nabati dan simplisia
hewani tidak boleh mengandung organisme patogen, dan harus bebas dari cemaran
mikro organisme, serangga dan binatang lain maupun kotoran hewan. Simplisia
tidak boleh menyimpang bau dan warna, tidak boleh mengandung lendir, atau
menunjukan adanya kerusakan. Sebelum diserbukkan simplisia nabati harus
dibebaskan dari pasir, debu, atau pengotoran lain yang berasal dari tanah
maupun benda anorganik asing.
Dalam perdagangan, jarang dijumpai
simplisia nabati tanpa terikut atau tercampur bagian lain, maupun bagian asing,
yang biasanya tidak mempengaruhi simplisianya sendiri. Simplisia tidak boleh
mengandung bahan asing atau sisa yang beracun atau membahayakan kesehatan.
Bahan asing termasuk bagian lain tanaman yang tidak dinyatakan dalam paparan
monografi.
Pemalsuan Dan Penurunan Mutu
Simplisia
Pemalsuan umumnya dilakukan secara
sengaja, sedangkan penurunan mutu mungkin dilakukan secara tidak sengaja.
Simplisia dianggap bermutu rendah
jika tidak memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan, khususnya
persyaratan kadarnya. Mutu rendah ini dapat disebabkan oleh tanaman asal, cara
panen dan pengeringan yang salah, disimpan terlalu lama, kena pengaruh
kelembaban, panas atau penyulingan.
Simplisia dianggap rusak jika oleh
sebab tertentu, keadaannya tidak lagi memenuhi syarat, misalnya menjadi basah
oleh air laut, tercampur minyak pelumas waktu diangkut dengan kapal dan lain
sebagainya.
Simplisia dinyatakan bulukan jika
kwalitasnya turun karena dirusak oleh bakteri, cendawan atau serangga.
Simplisia dinyatakan tercampur jika
secara tidak sengaja terdapat bersama-sama bahan-bahan atau bagian tanaman
lain, misalnya kuncup Cengkeh tercampur dengan tangkai Cengkeh, daun Sena
tercampur dengan tangkai daun.
Simplisia dianggap dipalsukan jika
secara sengaja diganti, diolah atau ditambahi bahan lain yang tidak semestinya.
Misalnya minyak zaitun diganti minyak biji kapas, tetapi tetap dijual dengan
nama minyak Zaitun. Tepung jahe yang ditambahi pati terigu agar bobotnya
bertambah, ditambah serbuk cabe agar tetap ada rasa pedasnya, ditambah serbuk
temulawak agar warnanya tampak seperti keadaan semula.
https://dasarfarmakognosi.wordpress.com/2014/10/17/pembuatan-simplisia/