Pages

Pengikut

Tentangku

Wasis DPCoorporation. Diberdayakan oleh Blogger.

FECEBOOK

wajik

Kamis, 05 Mei 2011

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Di Indonesia pemanfaatan tepung tapioka sudah dikenal sejak dahulu dan pembangunan industri tapioka dalam skala besar akhir-akhir ini terus meningkat terutama di luar Jawa. Demikian juga dengan industri kecil tapioka masih berkembang (Nurhasanah, 1993).

Dalam rangka pelaksanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan maka dilakukan upaya pencengahan dan penanggulangan pencemaran akibat kegiatan kegiatan usaha yang berbentuk industri dan pelayanan jasa. Beberapa masalah krusial yang dihadapi oleh masyarakat indutri adalah pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah cair, bau atau limbah padat.

Agroindustri masih berperanan penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia, khususnya di Lampung. Agroindustri utama di Lampung meliputi gula, tapioka, minyak sawit, karet, ethanol, mono-sodium glutama (MSG), pengalengan buah, pengalengan udang dan lain sebagainya.

Dalam proses produksi, agroindustri dicirikan oleh pengunaan bahan (organik) dan air dalam jumlah besar. Agroindustri menghasilkan berbagai macam limbah (organik) dalam jumlah besar yang berbahaya bagi lingkungan. Dampak agroindustri terhadap lingkungan mencakup tiga hal yaitu air, udara (bau) dan limbah padat (Nugroho, 1996).

Pada proses pembuatan tapioka limbah yang dihasilkan berupa limbah padat (onggok) dan limbah cair. Onggok sebagian besar komponen berupa karbohidrat (pati) dalam bentuk selulosa dan serat. Selain limbah padat, proses pengolaan ubi kayu menjadi tapioka juga menghasilkan limbah cair. Besarnya kedua jenis limbah ini berkisar 67- 69% (Hendri, 1999).

Setiap memproduksi satu ton singkong dihasilkan limbah padat berupa kulit sebanyak 300 kg, ampas 80 kg, dan hasil tepung tapioka sebanyak 250 kg. Bila singkong di kupas menghasilkan kulit luar 0,5 – 20 % dan kulit dalam 8 – 14% dari umbinya. Menurut Tabyoyan (1935) dalam Nuhasanah (1993), angka konversi singkong menjadi ongggok atau ampas berkisar 42,2 – 62%. Sedangkan menurut Titis (1981) dalam Nurhasanah berkisar 40 – 50%.

Kesediaan onggok dipropinsi Lampung sangat melimpah. Menurut dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (2003), setiap produksi satu ton ubikayu akan menghasilkan 11,4% onggok. Pada tahun 2001 produksi ubikayu di provinsi Lampung mencapai 3.613.919 ton yang sebagian besar diolah menjadi tapioka. Tahun 2009 produksi : 7,721,882 ton

Produksi ubikayu yang tinggi itu dapat menghasilkan onggok sebesar 411.986,77 ton. Onggok yang dihasilkan di provinsi Lampung dari 37 pabrik diperkirakan 1.095.444 ton per tahun (Hendri, 1999).

Protein kelapa, dibandingkan dengan kacang-kacangan, lebih baik dalam hal asam amino isoleusin, leusin, lisin, threonin dan valin.
Adapun analisa nilai nutrisi daging buah kelapa umur 8 bulan adalah kadar air 90,59%, kalori 437 kkal/100 g, minyak 26,67%, protein 10,67%, serat kasar 3,98%, total karbohidrat 38,45%, pati 13,53%, gula sebagai glukosa 24,92%.

Sementara komposisi asam amino daging buah kelapa adalah isoleusin 2,5 g/16 g N, leusin 4,9 g/16 g N, lisin 2,7 g/16 g N, metionin 1,5 g/16 g N, threosin 2,3 g/16 g N, tripthopan 0,6 g/16 g N dan valin 3,8 g/16 g. Mineral utama yang terdapat pada daging buah kelapa adalah Fe (17 ppm), S (4,4 ppm), Cu (3,2), P (2.4 ppm). Kan-dungan vitamin pada buah meliputi vitamin C (10 ppm), vitamin B (15 IU), dan vitamin E (2 ppm)
(Kudusterkini.com ).

Onggok memiliki kandungan karbohidrat cukup tinggi protein, lemak, serat dan air (Nurhasanah, 1993). Sampai saat ini belum ada informasi tentang bagaimana pemanfaatan limbah padat tapioka (onggok) menjadi wajik kletik sebagai industri rumah tangga pedesaan untuk menambah pendapatan masyarakat dan menunjang kebersihan lingkungan.

1.2 Tujuan Penelitian

Mengetahui pemanfaatan limbah padat tapioka (onggok) menjadi wajik sebagai industri rumah tangga pedesaan untuk menambah pendapatan masyarakat desa dan menunjang kebersihan lingkungan di Lampung Tengah.

1.3 Kerangka Pikir

Onggok memiliki kandungan karbohidrat cukup tinggi dengan protein kasar dan lemak rendah. Komposisi onggok beragam bergantung dari mutu bahan baku, efisiensi, proses ekstraksi, iklim dengan topografi, kehilangan selama pengambilan pati dan penanganan onggok itu sendiri (pengeringan).

Daging buah kelapa umur 8 bulan mengandung nutrisi kadar air 90.59%, kalori 437 kkal/100 g, minyak 26.67%, protein 10.67%, serat kasar 3.98%, total karbohidrat 38.45%, pati 13.53%,gula sebagai glukosa 24.92%.

Komposisi zat penyusun onggok terdiri atas karbohidrat (68,30 – 67,93%), protein

(1,70 – 1,45%), lemak (0,22 – 0,30%), serat (9,42 – 10,54%,) dan air (19,70 – 20,20%) (Nurhasanah, 1993).

Kandungan zat penyusunan onggok yang bermacam-macam tersebut, sehingga onggok dapat dimanfaatkan untuk bahan dasar pembuatan wajik.

1.4 Hipotesis

Limbah padat tapioka (onggok) dapat dimanfaatkan untuk bahan dasar pembuatan wajik onggok sebagai industri rumah tangga pedesaan untuk menambah pendapatan masyarakat desa dan menunjang kebersihan lingkungan.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pemanfaatan limbah padat (onggok) menjadi wajik sebagai industri rumah tangga pedesaan untuk menambah pendapatan masyarakat desa dan menunjang program pariwisata Lampung Tengah serta kebersihan lingkungan di Lampung Tengah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Most Reading